Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Mengenal Gejala dan Penyebab Difteri

 

Apa Itu Difteri?

Difteri adalah infeksi bakteri pada hidung dan tenggorokan. Meski tidak selalu menimbulkan gejala, penyakit ini biasanya ditandai oleh munculnya selaput abu-abu yang melapisi tenggorokan dan amandel. Difteri tergolong penyakit menular berbahaya dan berisiko mengancam jiwa. Jika tidak ditangani, bakteri penyebab difteri dapat mengeluarkan racun yang merusak jantung, ginjal, atau otak.

4 Alasan Mengapa Penyakit Difteri Tidak Boleh Disepelekan

Difteri bisa dicegah melalui imunisasi. Di Indonesia, pemberian vaksin difteri dikombinasikan dengan pertusis (batuk rejan) dan tetanus, atau disebut juga dengan imunisasi DPT.

Penyebab dan Faktor

Difteri ini disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria, yang dapat menyebar dari orang ke orang. Seseorang bisa tertular difteri bila tidak sengaja menghirup atau menelan percikan air liur yang dikeluarkan penderita saat batuk atau bersin.

Penularan juga bisa terjadi jika menyentuh benda yang sudah terkontaminasi air liur penderita, seperti gelas atau sendok.

Difteri dapat di alami oleh siapa saja. Namun, risiko terserang difteri akan lebih tinggi pada orang yang tidak mendapat vaksin difteri secara lengkap. Selain itu, difteri juga lebih berisiko terjadi pada orang yang:

  • Tinggal di area padat penduduk atau buruk kebersihannya
  • Bepergian ke wilayah yang sedang terjadi wabah difteri
  • Memiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya karena menderita AIDS
Gejala

Gejala difteri muncul 2 sampai 5 hari setelah seseorang terinfeksi. Meskipun demikian, tidak semua orang yang terinfeksi difteri mengalami gejala. Apabila muncul gejala, biasanya berupa terbentuknya lapisan tipis berwarna abu-abu yang menutupi tenggorokan dan amandel penderita.

Selain lapisan abu-abu di tenggorokan, gejala lain yang dapat muncul meliputi:

  • Sakit tenggorokan
  • Suara serak
  • Batuk
  • Pilek
  • Demam
  • Menggigil
  • Lemas
  • Muncul benjolan di leher akibat pembengkakan kelenjar getah bening
Pengobatan

Difteri adalah salah satu penyakit yang berpeluang fatal sehingga perlu di obati sesegera mungkin dan secara agresif. Pertama-tama, dokter perlu memastikan jalan napas tidak terhalang atau tersumbat. Dalam beberapa kasus, dokter perlu memasang tabung pernapasan di tenggorokan untuk menjaga jalan napas tetap terbuka sampai peradangan pada jalan napas berkurang. Setelah itu, dokter akan berfokus untuk membasmi bakteri penyebab difteri dengan memberikan perawatan berikut:

  • Antibiotik. Pemberian antibiotik, seperti penisilin atau eritromisin dapat membantu membunuh bakteri dan membersihkan infeksi. Antibiotik juga dapat mencegah penularan dari pengidap difteri ke orang lain.
  • Antitoksin. Dokter juga akan memberikan obat untuk menetralkan racun difteri dalam tubuh (antitoksin). Obat ini di berikan melalui suntikan ke pembuluh darah atau otot. Sebelum memberikan antitoksin, dokter perlu melakukan tes alergi kulit untuk memastikan  orang yang terinfeksi tidak memiliki alergi terhadap antitoksin. Jika seseorang memiliki alergi, kemungkinan besar dokter tidak akan memberikan antitoksin dan mencari pengobatan alternatif lain.

Anak-anak dan orang dewasa yang mengidap difteri sering kali perlu di rawat di rumah sakit dan di isolasi di unit perawatan intensif. Ini karena, difteri dapat menyebar dengan mudah kepada siapa saja yang tidak di vaksinasi penyakit tersebut.

 

Posting Komentar

0 Komentar